close

Bagaimana Jika Tak Bisa Luruskan Arah Kiblat Saat Matahari Di Atas Ka’bah?

Dalam satu tahun, ada dua waktu dimana matahari akan tepat berada di atas Ka’bah. Ini berarti bayangan di bagian bumi manapun akan menunjuk ke arah kiblat yaitu Ka’bah. Di Indonesia sendiri, fenomena ini terjadi di kisaran tanggal 26-28 Mei dan 14-16 Juli. Dan benar saja, tahun 2021 ini, fenomena matahari di atas Ka’bah terjadi pada tanggal 27 Mei dan 15 Juli kemarin. Hal ini juga berarti semua umat Islam di dunia sangat dianjurkan untuk meluruskan arah kiblatnya.

Meski begitu, ada juga beberapa daerah di Indonesia yang tidak bisa mendapati fenomena ini seperti Maluku, Papua dan Papua Barat. Selain itu, ada juga faktor lain yang membuat umat Islam di Indonesia tidak bisa mendapati fenomena ini dan meluruskan arah kiblatnya. Satu faktor yang utama adalah cuaca, jika mendung atau hujan tentu tidak ada matahari yang penting dalam mencari bayangan kiblat.

Apa Yang Bisa Dilakukan Jika Tak Mendapati Fenomena Matahari Di Atas Ka’bah?

Menurut LAPAN dilansir dari CNN Indonesia, jika di hari tepat dimana matahari berada di atas Ka’bah kamu tidak bisa meluruskan kiblat, maka pelurusan bisa dilakukan dua hari sebelum hingga dua hari sesudah hari puncak. Maka, jika kemarin (15/7) kamu tidak mendapatkan bayangan matahari untuk meluruskan kiblat, kamu bisa melakukannya pada 17 Juli mendatang.

Lakukan Cara Ini Jika Terjadi Matahari Di Atas Ka’bah

Pada dasarnya, mencari arah kiblat tidaklah sulit. Cara paling umum disarankan adalah dengan menggunakan kompas. Di Indonesia, kiblat identik dengan arah barat karena itu kamu tinggal mencari arah tersebut di kompas. Namun cara ini ternyata tak selalu akurat sebab kompas dapat terpengaruh dengan magnet baik yang alami atau buatan. Oleh karena itu, jika berada di wilayah yang tinggi akan pengaruh magnet, arah jadi tidak akurat.

Ketika matahari tepat berada di atas Ka’bah, maka ini adalah waktu yang tepat untuk meluruskan kembali arah kiblat kita. Ada beberapa cara atau langkah yang bisa dilakukan yaitu :

  1. Mencari tempat yang luas dan pasti terpapar oleh sinar matahari. Misalnya di lapangan atau taman.
  2. Pastikan tempat yang akan kamu gunakan untuk meluruskan kiblat memiliki permukaan yang rata.
  3. Siapkan tongkat atau tiang yang lurus. Tidak perlu terlalu tinggi, yang terpenting bisa ditancapkan ke permukaan atau berdiri dengan tegak saja.
  4. Samakan jam dengan waktu yang sesuai dengan BMKG. Hal ini bisa dilakukan dengan mencocokkan pada https://jam.bmkg.go.id/ atau https://ntp.bmkg.go.id
  5. Saat waktunya tiba, tancapkan atau berdirikan tongkat atau tiang yang telah disediakan. Pastikan sudah berdiri lurus 90 derajat terhadap tanah.
  6. Amati bayangan selama kurang lebih lima menit pertama sejak waktu kulminasi agung datang.
  7. Bayangan dari ujung tongkat atau tiang dan ujung bayangan itulah arah kiblat yang mesti kamu perhatikan.

Tentang Sejarah Meluruskan Kiblat Yang Perlu Diketahui

Metode meluruskan kiblat ini ternyata dibuat oleh dua ahli astronomi Muslim di abad ke-13. Keduanya bernama Mahmud bin Muhammad bin Umar Al Jaghmini dari Uzbekistan dan Nasiruddin Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad Al Tusi dari Persia atau Iran. Tak banyak catatan mengenai tokoh astronomi yang pertama namun diketahui beliau menulis sebuah buku berjudul Compendium of Astronomy atau Al Mulakhkhas fi Al Hay’a. Menurutnya, meluruskan kiblat bisa dicapai ketika Matahari berada di posisi 7,21 derajat Gemini dan 22,39 derajat Cancer saat di atas Ka’bah.

Tentang tokoh astronomi yang kedua, beliau lebih dikenal sebagai sejarawan. Beliau juga menulis sekitar 150 buku tentang astronomi, matematika, kimia dan filsafat. Konon beliau juga pelopor rumus Trigonometri, lho. Nah dalam bidang astronomi, Nasiruddin Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad Al Tusi berperan dalam membuat tabel pergerakan planet dan meluruskan kiblat. Kedua metode dari dua astronom ini kemudian disempurnakan dan kini digunakan untuk meluruskan arah kiblat yang waktunya datang dua kali dalam setahun.

Sebagai umat Islam tentu kita patut berterima kasih pada Mahmud bin Muhammad bin Umar Al Jaghmini dari Uzbekistan dan Nasiruddin Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad Al Tusi. Serta senantiasa selalu mengingat dua periode tahunan ini untuk meluruskan kembali arah kiblat.

Tinggalkan komentar